Vimeo Hadirkan Layanan Streaming, Kreator Lokal Kecewa?

Vimeo, platform video profesional asal Amerika Serikat, baru-baru ini meluncurkan layanan streaming berlangganan bernama Vimeo Streaming. Layanan ini memungkinkan kreator konten untuk membangun platform streaming mereka sendiri, mirip Netflix, tanpa perlu keahlian coding. Fitur ini dirancang untuk membantu kreator membangun, mengelola, dan memonetisasi konten video mereka secara langsung kepada audiens.

Dengan Vimeo Streaming, kreator dapat dengan mudah membuat, mengelola, dan mempromosikan platform streaming pribadi mereka. Mereka memiliki kendali penuh atas branding, mulai dari logo dan warna hingga pengalaman menonton secara keseluruhan. Platform ini menawarkan berbagai fitur yang mendukung kreator untuk menghasilkan pendapatan, meningkatkan interaksi dengan penonton, dan melindungi konten mereka.

Bacaan Lainnya

Fitur-fitur unggulan Vimeo Streaming antara lain kemudahan pembuatan paket berlangganan (langganan bulanan, sewa, atau pembelian satu kali), kemampuan untuk melakukan siaran langsung, penjualan merchandise, sistem proteksi anti-pembajakan yang canggih, analitik video tingkat lanjut untuk memahami perilaku penonton, serta fitur terjemahan otomatis berbasis AI ke 36 bahasa. Semua fitur ini dikemas dalam aplikasi yang mudah digunakan dan tersedia di web, mobile, dan smart TV.

Namun, kabar mengecewakan datang bagi kreator Indonesia. Vimeo, termasuk layanan streaming barunya, masih diblokir oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 2014. Pemblokiran ini disebabkan oleh dugaan adanya konten pornografi yang melanggar UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Meskipun Vimeo telah menyatakan komitmennya untuk menghapus konten yang melanggar aturan dan telah berupaya memperbaiki situasi, pemblokiran tersebut hingga kini masih berlangsung.

Pemblokiran Vimeo di Indonesia menjadi kendala besar bagi kreator lokal yang ingin memanfaatkan fitur-fitur canggih Vimeo Streaming. Mereka kehilangan kesempatan untuk mengembangkan platform streaming mereka sendiri dan menjangkau audiens secara langsung. Situasi ini menyoroti perlunya dialog lebih lanjut antara pemerintah Indonesia dan platform video internasional untuk mencari solusi yang adil dan transparan.

Vimeo Streaming dirancang untuk kreator profesional dan organisasi, bukan individu yang baru memulai membangun audiens. Target pasarnya mencakup berbagai bidang, termasuk media dan hiburan, seni pertunjukan, edukasi, olahraga, dan studio kebugaran. Salah satu contoh pengguna awal adalah Dropout, platform komedi yang memuji kemudahan dan keandalan Vimeo Streaming dalam mengelola bisnis langganan mereka.

Untuk menggunakan Vimeo Streaming, kreator atau perusahaan perlu menghubungi tim penjualan Vimeo untuk mengetahui detail harga dan paket layanan. Meskipun menawarkan fitur yang komprehensif, aksesibilitas Vimeo Streaming di Indonesia masih menjadi pertanyaan besar yang perlu dijawab oleh pemerintah dan pihak Vimeo sendiri. Harapannya, pemblokiran Vimeo dapat segera dicabut agar kreator Indonesia dapat memanfaatkan teknologi dan platform yang modern dan inovatif ini.

Dampak Pemblokiran Vimeo di Indonesia

Pemblokiran Vimeo di Indonesia sejak 2014 memiliki dampak yang signifikan terhadap kreator konten lokal. Mereka kehilangan akses ke platform yang dikenal dengan kualitas video premium dan fitur-fitur profesional yang mendukung monetisasi. Kehilangan ini juga berdampak pada kreativitas dan inovasi di industri video Indonesia karena terhambatnya akses terhadap teknologi dan infrastruktur yang mumpuni.

Selain itu, pemblokiran tersebut juga berdampak pada perekonomian digital Indonesia. Kreator Indonesia kehilangan kesempatan untuk menghasilkan pendapatan lebih besar melalui platform internasional. Potensi pertumbuhan ekonomi digital yang terkait dengan industri video pun terhambat. Kondisi ini tentunya perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan terkait.

Sejarah Pemblokiran Vimeo di Indonesia

Pemblokiran Vimeo bermula pada 10 Mei 2014. Alasan resmi yang diberikan adalah adanya konten pornografi yang melanggar UU Pornografi. Vimeo sendiri telah merespon dengan mengirim surat kepada Kominfo, menyatakan komitmennya untuk menghapus konten yang melanggar aturan. Namun, pemblokiran tetap berlangsung hingga saat ini.

Proses yang tidak transparan dan kurangnya komunikasi yang efektif antara pemerintah dan Vimeo membuat pemblokiran ini berlarut-larut. Kurangnya informasi yang jelas tentang kriteria dan proses pemblokiran situs membuat banyak pihak merasa kebingungan dan ketidakpastian. Kejadian ini menyoroti pentingnya regulasi yang jelas, transparan, dan proses hukum yang adil dalam hal pemblokiran konten internet di Indonesia.

Kejelasan regulasi dan komunikasi yang baik antara pemerintah dan penyedia layanan internet sangat penting untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa depan. Regulasi yang ambigu dan proses pemblokiran yang kurang transparan hanya akan merugikan kreator konten lokal dan menghambat pertumbuhan industri digital di Indonesia. Diharapkan, ke depan pemerintah Indonesia dapat menciptakan kebijakan yang lebih mendukung pertumbuhan ekonomi digital sambil tetap memperhatikan perlindungan masyarakat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *