Trump Panaskan Harga Minyak Dunia: Apa Penyebabnya?

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memanaskan situasi pasar minyak dunia. Ancamannya untuk mengenakan tarif impor 25% pada negara-negara pengimpor minyak dan gas (migas) dari Venezuela telah mendorong harga minyak mentah global naik.

Lonjakan Harga Minyak Akibat Ancaman Tarif Impor AS

Pada perdagangan Senin (24/3/2025), harga minyak mentah Brent melonjak 1,2%, mencapai US$ 73 per barel (sekitar Rp 1,21 juta dengan kurs Rp 16.600/dolar AS). West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami kenaikan serupa, naik 1,2% menjadi US$ 69,11 per barel (sekitar Rp 1,14 juta). Kenaikan ini terjadi tak lama setelah Trump mengumumkan ancaman tarif impor melalui media sosial. Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial, menjelaskan bahwa guncangan pasokan dari Venezuela menjadi salah satu penyebabnya.

Bacaan Lainnya

Venezuela, sebagai salah satu produsen minyak mentah terbesar dunia, saat ini tengah menghadapi kesulitan dalam memasok minyak ke pasar global. Kondisi ini diperparah dengan kebijakan AS yang membatasi aktivitas perusahaan minyak Chevron di negara tersebut.

Awalnya, Trump memberikan tenggat waktu 30 hari kepada Chevron untuk menghentikan operasi di Venezuela. Namun, tenggat waktu tersebut diperpanjang hingga 27 Mei 2025. Perpanjangan ini memberikan sedikit kelonggaran bagi Chevron untuk terus menyuplai minyak mentah Venezuela ke pasar internasional.

Meskipun demikian, kenaikan harga minyak masih relatif terbatas. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak pada Mei 2025. Negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina juga diharapkan dapat mengembalikan pasokan minyak dari Rusia ke pasar global.

Dampak Ancaman Tarif Impor terhadap Venezuela dan Negara Pengimpor

Ancaman tarif impor 25% dari Trump ditujukan untuk menekan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, dan Pemerintah China. Negara-negara yang masih membeli minyak dari Venezuela akan dikenakan tarif tambahan ini di atas tarif impor yang sudah ada.

China, sebagai importir minyak mentah terbesar dari Venezuela (sekitar 270.000 barel per hari pada 2024), akan terkena dampak signifikan jika tetap melanjutkan impor. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa langkah Trump ini merupakan upaya untuk menekan China.

AS sendiri merupakan importir minyak mentah Venezuela terbesar kedua pada tahun 2024, dengan impor sekitar 233.000 barel per hari. India dan Spanyol juga merupakan importir signifikan, masing-masing mengimpor sekitar 61.000 dan hampir 60.000 barel per hari. Ancaman tarif ini akan berdampak luas pada neraca perdagangan dan perekonomian negara-negara tersebut.

Analis minyak Matt Smith dari Kpler menyatakan bahwa pengumuman Trump merupakan tindakan lain yang menargetkan China. Langkah ini menunjukkan eskalasi ketegangan geopolitik yang berdampak signifikan pada pasar energi global. Ketidakpastian situasi geopolitik dan kebijakan proteksionis AS perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada fluktuasi harga minyak di masa mendatang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *