Danau Lido di Cigombong, Bogor, bukan sekadar danau biasa. Dulunya rawa-rawa, kini menjadi destinasi wisata menarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara, terutama wisatawan Arab.
Keindahan Danau Lido terletak pada suasana sejuknya dan pengalaman bersantap di atas rakit di tengah danau. Suasana romantis dan magis pun tercipta.
Sejarah Danau Lido dan Potensi Wisatanya
Danau Lido awalnya adalah rawa yang kemudian dibendung oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai tempat peristirahatan. Dua bangunan bergaya Belanda masih berdiri hingga kini sebagai saksi bisu sejarah.
Bertahun-tahun, warga sekitar memanfaatkan danau untuk memancing dan tambak. Wisatawan yang datang biasanya hanya berkeliling danau dengan rakit, menikmati keindahan dan kesejukan udara Bogor.
Kini, seiring peningkatan minat wisata, bermunculan warung dan restoran. Salah satunya adalah Rumah Makan Yuliana Terapung (RMYT), restoran terapung yang dikelola keluarga Indra Jaya Lesmana.
Indra, generasi kedua pengelola RMYT, awalnya bekerja di bank BUMN. Namun, setelah ayahnya meninggal pada 2015, ia diminta ibunya untuk meneruskan usaha keluarga.
Selain restoran terapung, Indra juga mengembangkan usaha penyewaan rakit bambu. Rakit-rakit ini dibuat dengan panjang 12-13 meter dan lebar 2-3 meter, dilengkapi pelampung styrofoam untuk keseimbangan.
Pengunjung dapat menikmati keliling danau dengan rakit seharga Rp 150.000 untuk lokal dan Rp 500.000 per kelompok untuk turis asing. Layanan antar jemput ke rumah makan juga tersedia dengan biaya Rp 30.000.
Pengalaman berkeliling danau dengan rakit sangat menenangkan. Angin sepoi-sepoi, pepohonan hijau, dan suasana tenang membuat pengunjung betah berlama-lama.
Sayangnya, sedimentasi telah membuat air danau keruh dan luasnya menyusut. Dulu, airnya jernih dan ikan-ikan masih terlihat dari permukaan.
Peran BRI dalam Pengembangan Wisata Danau Lido
Melihat potensi wisata Danau Lido, BRI membentuk Kluster Wisata Rakit Danau Lido sekitar 4-5 tahun lalu. Indra terpilih sebagai ketua paguyuban kluster ini.
Dengan pinjaman KUR BRI sekitar Rp 15-18 juta, para pengelola memodifikasi rakit-rakit mereka. Ada yang menambahkan atap berbentuk helikopter, bahkan ada yang menyerupai miniatur rumah makan terapung.
Satu rakit dapat menampung 10-15 orang. Makanan disajikan langsung dari RMYT. BRI juga memberikan pelatihan dan dukungan, terutama selama pandemi COVID-19.
Selama pandemi, BRI memberikan keringan cicilan dan pelatihan online, seperti pelatihan keramahan (hospitality) untuk meningkatkan pelayanan wisata. Hal ini sangat membantu para pengelola.
Saat ini, paguyuban sedang mengajukan pendanaan ke program Desa Brilian untuk meningkatkan fasilitas perahu, seperti mengganti bangku kayu dengan bangku berbusa. Mereka berharap BRI terus mendukung pengembangan wisata Danau Lido.
Pimpinan BRI Bogor, Fahmi Hidayat, menjelaskan bahwa BRI fokus pada pengembangan ekosistem kluster. Dengan komunikasi yang erat, pendanaan dan pelatihan mudah disalurkan.
BRI tidak hanya fokus pada profit, tetapi juga pada keberlangsungan usaha UMKM. Mereka berkomitmen untuk mendukung pengembangan wisata Danau Lido agar semakin berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat.
Danau Lido kini menjadi bukti nyata kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mengembangkan potensi wisata lokal. Dengan pengelolaan yang baik dan dukungan berkelanjutan, Danau Lido berpotensi menjadi destinasi wisata unggulan di Bogor.





