Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri, baru-baru ini memberikan pernyataan penting mengenai sejarah pembentukan negara Indonesia dan peran ayahnya, Presiden pertama RI, Soekarno. Pernyataan ini disampaikan dalam sambutannya pada pembukaan pameran foto Guntur Soekarnoputra di Galeri Nasional, Jakarta, Sabtu, 7 Juni 2025. Megawati menekankan betapa sulitnya proses pembentukan Indonesia dan menyoroti sebuah peristiwa penting yang hampir terlupakan dalam sejarah bangsa.
Ia menggarisbawahi pentingnya mengingat kembali konteks sejarah, khususnya terkait pencabutan kekuasaan Soekarno melalui TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967. Megawati menyayangkan minimnya upaya mempertanyakan tuduhan terhadap Bung Karno terkait dukungan terhadap gerakan pemberontakan PKI. Menurutnya, hal ini menunjukkan adanya kelalaian kolektif bangsa Indonesia terhadap jasa-jasa Bung Karno.
Pencabutan TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 dan Perannya dalam Sejarah
TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967, yang mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, telah dicabut pada 9 September 2024. Pencabutan ini secara resmi menyatakan tidak terbukti adanya dukungan Bung Karno terhadap pemberontakan PKI. Megawati mempertanyakan mengapa selama ini tidak ada upaya untuk mempertanyakan dasar hukum pencabutan kekuasaan tersebut.
Ia merasa ada semacam “keheningan sunyi” yang membungkus peristiwa tersebut, seakan-akan masyarakat Indonesia lupa akan jasa-jasa besar Bung Karno, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Peristiwa ini, menurut Megawati, merupakan bagian penting dari sejarah yang tak boleh dilupakan.
Sejarah yang Dipotong: Pandangan Megawati tentang Orde Baru
Megawati menilai, terdapat upaya pemotongan sejarah, khususnya selama masa Orde Baru. Hal ini menyebabkan pemahaman sejarah bangsa Indonesia menjadi tidak utuh dan kurang komprehensif, terutama bagi generasi muda.
Proses pembentukan Indonesia, menurut Megawati, bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemotongan sejarah ini, generasi sekarang kurang memahami perjuangan panjang dan kompleks dalam membangun negara. Ia merasa penting untuk menyusun kembali sejarah yang utuh dan terbebas dari bias.
Pameran Foto Guntur Soekarnoputra: Menggali Sejarah Bangsa
Pameran foto Guntur Soekarnoputra, putra sulung Bung Karno, yang bertema “Potret Sejarah dan Kehidupan”, turut menjadi sorotan dalam pernyataan Megawati. Pameran ini menampilkan karya fotografi dari tahun 1956 dan menyajikan berbagai peristiwa penting, ekspresi kehidupan, dan wajah-wajah tokoh publik Indonesia.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, yang turut hadir dalam acara pembukaan pameran tersebut, mengapresiasi pameran ini. Ia menekankan pentingnya mengingat perjuangan Bung Karno dan para pendiri bangsa sebagai inspirasi bagi generasi mendatang. Fadli Zon juga setuju dengan Megawati bahwa perbedaan pendapat boleh terjadi, tetapi persatuan harus tetap dijaga.
Megawati juga menekankan pentingnya persatuan di tengah perbedaan pendapat. Ia bahkan menyapa Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang hadir dalam acara tersebut. Megawati mengatakan, seperti yang diajarkan Bung Karno melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika, perbedaan bukanlah penghalang persatuan.
Dalam konteks ini, pameran foto Guntur Soekarnoputra menjadi sarana penting untuk mengingat kembali perjuangan dan sejarah bangsa Indonesia. Dengan memahami sejarah yang utuh, generasi muda dapat lebih menghargai nilai-nilai kebangsaan dan persatuan. Melalui inisiatif seperti ini, diharapkan pemahaman sejarah Indonesia akan semakin komprehensif dan menyeluruh, terbebas dari potongan-potongan yang dapat menyebabkan misinterpretasi. Pernyataan Megawati ini menjadi pengingat penting akan tanggung jawab bersama untuk melestarikan dan memahami sejarah secara objektif dan utuh.
