Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara tegas menyatakan tidak tertarik menjadi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ia bahkan berseloroh lebih memilih bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Pernyataan mengejutkan ini langsung mendapat tanggapan dari berbagai pihak, termasuk dari internal PPP sendiri. Bagaimana respons PPP dan analisis para pengamat terkait pilihan Jokowi ini?
Respons PPP atas Keputusan Jokowi
Juru Bicara PPP, Usman M Tokan, menyatakan bahwa partai tersebut menghormati keputusan politik Jokowi. Partai berlambang Ka’bah ini menganggap Jokowi sebagai negarawan berpengalaman yang memahami dinamika politik Indonesia.
Usman menambahkan bahwa PPP, sebagai partai Islam yang unik dan berdiri sejak 1973, sedang mempersiapkan Muktamar untuk memilih ketua umum baru pada bulan September mendatang. Partai ini membutuhkan sosok pemimpin yang kuat dan dekat dengan ulama serta umatnya.
PPP berharap dapat menemukan ketua umum yang mampu membawa partai ini ke arah yang lebih baik. Tantangan yang dihadapi ke depan membutuhkan figur yang tangguh dan visioner.
Analisis Pengamat: Jokowi di PSI Lebih Masuk Akal
Pengamat komunikasi politik, M. Jamiluddin Ritonga, menilai pernyataan Jokowi lebih masuk akal jika ia bergabung dengan PSI ketimbang PPP. Hal ini disebabkan adanya kesesuaian ideologis antara Jokowi dan PSI, yang sama-sama berhaluan nasionalis.
Berbeda dengan PPP yang berbasis religius, kemungkinan Jokowi memimpin PPP akan terlihat janggal karena perbedaan ideologi yang signifikan. Jokowi berpotensi dinilai mengambil posisi tanpa mempertimbangkan kesesuaiannya.
Meskipun demikian, Jamiluddin juga menekankan faktor usia Jokowi yang mungkin kurang ideal untuk memimpin PSI, sebuah partai yang digerakkan oleh kaum muda. Seorang pemimpin muda dirasa lebih tepat untuk memimpin PSI.
PSI: Partai Anak Muda, Pemimpin Muda?
Meskipun Jokowi menyatakan ketertarikan pada PSI, para pengamat menilai hal tersebut tetap tidak ideal. PSI adalah partai yang identik dengan kaum muda, sehingga kepemimpinan Jokowi—yang sudah memasuki usia lanjut—akan terasa kurang tepat.
Jamiluddin Ritonga menyarankan Jokowi untuk mempertimbangkan hal ini. Ia berpendapat PSI sebaiknya dipimpin oleh kader muda yang lebih sesuai dengan visi dan misi partai.
Sebelumnya, beredar kabar bahwa Jokowi dipertimbangkan sebagai salah satu calon ketua umum PPP pada Muktamar Agustus 2025. Jokowi sendiri menanggapi isu tersebut dengan santai, menyatakan bahwa terdapat banyak calon lain yang lebih mumpuni.
Jokowi juga menegaskan bahwa ia belum didekati oleh PSI untuk pencalonan ketua umum. Meskipun demikian, ia menyatakan preferensinya untuk bergabung dengan PSI daripada PPP. Pernyataan ini menunjukkan pertimbangan Jokowi terhadap kesesuaian ideologi dan karakteristik partai.
Kesimpulannya, pernyataan Jokowi yang lebih memilih PSI ketimbang PPP memicu berbagai reaksi dan analisis. PPP menghormati keputusan Jokowi, sementara pengamat menekankan pentingnya kesesuaian ideologi dan usia dalam kepemimpinan partai. Meskipun Jokowi menyatakan ketertarikan pada PSI, pertanyaan tentang kepemimpinan yang ideal untuk partai anak muda tersebut tetap menjadi perdebatan.
