Beredar kabar di media sosial tentang seorang pria yang menjadi korban pembegalan di Desa Pusakaratu, Subang, Jawa Barat pada 3 Juni 2025. Informasi ini tersebar luas melalui beberapa akun Facebook, disertai foto pria tersebut dengan pakaian robek. Namun, klaim tersebut ternyata tidak benar.
Polisi telah melakukan penyelidikan dan memastikan bahwa informasi pembegalan tersebut adalah hoaks. Pria dalam foto tersebut telah mengakui kebohongan dan meminta maaf atas keresahan yang ditimbulkannya.
Narasi Hoaks Pembegalan di Subang
Beberapa akun Facebook menyebarkan foto seorang pria dengan baju dan jaket robek. Unggahan tersebut disertai narasi yang menyatakan pria tersebut menjadi korban pembegalan di Desa Pusakaratu, Subang, pada pukul 15.00 WIB, 3 Juni 2025.
Narasi tersebut menyebutkan bahwa korban dibegal oleh sekitar enam orang yang membawa senjata tajam. Unggahan tersebut dengan cepat menyebar dan menimbulkan keresahan di masyarakat.
Foto yang beredar menunjukkan pria tersebut dengan pakaian robek. Kondisi ini diklaim sebagai akibat serangan dari para pelaku pembegalan.
Klarifikasi Pihak Kepolisian
Kapolsek Pusakanagara, Kompol Jusdijachlan, membantah keras informasi tersebut. Ia menyatakan bahwa peristiwa pembegalan itu tidak pernah terjadi.
Pria yang ada di foto tersebut telah mendatangi Mapolsek Pusakanagara untuk meminta maaf. Ia mengakui bahwa unggahan tersebut adalah hoaks.
Menurut Kompol Jusdijachlan, pria tersebut berasal dari Kecamatan Compreng, Subang. Ia berbohong soal pembegalan karena sedang menghadapi masalah pribadi.
Kebohongan ini berawal dari unggahan adik iparnya di Facebook. Pria tersebut mengaku sedang banyak pikiran dan membuat status palsu untuk melampiaskan perasaannya.
Motif dan Penyebab Penyebaran Hoaks
Warga sekitar sebenarnya telah meragukan kebenaran informasi tersebut. Lokasi kejadian yang ramai dan waktu kejadian siang hari membuat beberapa warga skeptis.
Pria yang membuat kebohongan tersebut akhirnya mengakui perbuatannya. Ia terdorong untuk membuat status palsu karena tekanan masalah keluarga.
Aksi ini justru menimbulkan keresahan di masyarakat. Penyebaran informasi yang tidak benar dapat berdampak negatif pada ketertiban umum.
Kasus ini menjadi pembelajaran penting tentang pentingnya verifikasi informasi sebelum menyebarkannya. Kehati-hatian dan tanggung jawab dalam menggunakan media sosial sangat penting untuk mencegah penyebaran hoaks.
Kesimpulannya, kasus hoaks pembegalan di Subang ini menggarisbawahi pentingnya bijak dalam menggunakan media sosial. Verifikasi informasi dari sumber terpercaya sangat krusial sebelum menyebarkan informasi, agar tidak menimbulkan keresahan dan kepanikan di masyarakat. Tanggung jawab individu dalam menyebarkan informasi harus diutamakan untuk menciptakan ruang digital yang sehat dan aman.
