China memegang kendali atas sebagian besar pasokan tanah jarang dunia, mineral krusial untuk berbagai teknologi canggih. Dominasi ini memberikan Beijing pengaruh signifikan dalam persaingan geopolitik, khususnya dengan Amerika Serikat.
Kekuatan China di Pasar Tanah Jarang
China menguasai sekitar 70% penambangan dan 90% pemrosesan tanah jarang global. Kondisi ini memberikan mereka leverage yang kuat dalam negosiasi perdagangan internasional.
Baru-baru ini, China memberlakukan pembatasan ekspor pada tujuh elemen tanah jarang. Langkah ini mencakup unsur-unsur penting untuk teknologi pertahanan, energi, dan otomotif.
Dampak Pembatasan Ekspor Tanah Jarang
Pembatasan ekspor tanah jarang oleh China menimbulkan kekhawatiran serius bagi Amerika Serikat. Ketergantungan AS pada pasokan China menciptakan kerentanan strategis yang signifikan.
Center for Strategic and International Studies (CSIS) memprediksi dampak buruk jika ekspor tanah jarang terhenti total. AS dinilai tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi kekurangan tersebut dalam waktu dekat.
Kemampuan militer AS sangat bergantung pada tanah jarang. Sistem senjata utama seperti jet tempur F-35 dan rudal Tomahawk menggunakan mineral ini dalam komponen pentingnya.
Kurangnya akses pada tanah jarang dapat menghambat pengembangan teknologi pertahanan AS. Hal ini dapat memperlebar kesenjangan dengan China yang memiliki kapasitas pengembangan persenjataan jauh lebih cepat.
Upaya AS Mencari Alternatif
AS berupaya mengurangi ketergantungan pada China dengan mencari sumber alternatif tanah jarang. Beberapa negara yang menjadi target eksplorasi adalah Ukraina dan Greenland.
Meskipun demikian, mengembangkan kapasitas pemrosesan tanah jarang membutuhkan waktu dan investasi besar. Tantangan ini menjadi hambatan serius bagi upaya diversifikasi pasokan AS.
Pentingnya Tanah Jarang dalam Berbagai Industri
Tanah jarang merupakan kelompok 17 unsur kimia yang vital untuk berbagai teknologi. Meskipun melimpah di alam, ekstraksi dan pemurniannya sangat sulit dan mahal.
Mineral ini digunakan dalam berbagai produk sehari-hari, termasuk pengeras suara, hard drive, motor kendaraan listrik, dan layar komputer. Kegunaan tanah jarang juga meluas ke teknologi medis dan pertahanan.
Tanah jarang memungkinkan pembuatan produk yang lebih kecil, lebih efisien, dan lebih canggih. Tanpa akses yang terjamin, kemajuan teknologi di berbagai sektor dapat terhambat.
Ancaman Geopolitik dan Strategi Ke Depan
Dominasi China atas pasokan tanah jarang memberikan Beijing pengaruh geopolitik yang signifikan. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menekan negara lain, terutama dalam konteks persaingan dengan AS.
Chatham House menekankan potensi keuntungan strategis China dari kendali atas tanah jarang. Hal ini dapat memperkuat posisi manufaktur dan militer China dalam jangka panjang.
Ke depan, diversifikasi pasokan dan pengembangan teknologi pemrosesan tanah jarang menjadi krusial bagi AS dan negara-negara lain. Kemandirian dalam hal pasokan mineral strategis akan mengurangi kerentanan terhadap tekanan geopolitik.
Persaingan global atas tanah jarang akan terus berlanjut dan menjadi faktor kunci dalam dinamika geopolitik. Penguasaan teknologi dan sumber daya mineral strategis akan menentukan kekuatan ekonomi dan militer negara-negara di masa depan.