Anus dan rektum merupakan bagian akhir dari sistem pencernaan manusia, keduanya berperan penting dalam proses eliminasi feses. Meskipun sering dianggap sama, kedua organ ini memiliki anatomi dan fungsi yang berbeda. Memahami perbedaan ini penting untuk menjaga kesehatan pencernaan dan mencegah berbagai masalah kesehatan.
Anatomi Anus
Anus, atau dubur, adalah saluran sepanjang 3,5-5 cm yang terletak di ujung saluran pencernaan. Struktur ini terdiri dari otot-otot dasar panggul dan dua sfingter, yaitu otot-otot berbentuk cincin yang berfungsi sebagai katup untuk mengontrol pengeluaran feses. Lapisan luar anus tersusun dari kulit luar, sedangkan lapisan dalam bersambung dengan usus besar. Sfingter ini berperan krusial dalam mengontrol proses defekasi.
Sfingter Anus Internal
Sfingter anus internal melingkupi 2/3 bagian atas saluran anus. Terdiri dari otot polos, gerakannya bekerja di luar kesadaran kita. Artinya, kita tidak perlu secara sadar mengontrol kerja sfingter ini. Fungsinya adalah mencegah keluarnya feses secara tidak sengaja.
Sfingter Anus Eksternal
Sfingter anus eksternal terletak di 2/3 bagian bawah anus dan tumpang tindih dengan sfingter internal. Otot ini terhubung dengan otot puborectalis di dasar panggul, dan berada di bawah kendali sadar. Kita dapat mengontrol sfingter eksternal untuk menahan atau mengeluarkan feses.
Fungsi Anus
Fungsi utama anus adalah mengeluarkan feses dari saluran pencernaan. Lapisan atas anus berperan dalam mendeteksi konsistensi feses (cair, gas, atau padat) sebelum dikeluarkan. Kerja sama antara sfingter internal dan eksternal memungkinkan kita untuk mengontrol waktu pembuangan feses. Sfingter internal berkontraksi secara otomatis untuk mencegah buang air besar tanpa disadari, kecuali ketika feses sudah memasuki rektum.
Sementara itu, sfingter eksternal berperan dalam menahan feses hingga kita siap ke toilet. Saat hendak buang air besar, sfingter eksternal akan relaksasi dan memungkinkan feses untuk keluar.
Kemampuan anus untuk membedakan dan mengontrol pengeluaran feses menunjukkan kompleksitas mekanisme fisiologis dalam sistem pencernaan.
Anatomi Rektum
Rektum adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di atas anus, menghubungkan usus besar dengan anus. Panjangnya sekitar 15-20 cm, berbentuk seperti huruf S di bagian ujungnya (kolon sigmoid). Rektum terbagi menjadi tiga bagian utama: fleksura sakralis (lekukan mengikuti tulang ekor dan sakrum), fleksura anorektal (bagian cembung yang berperan dalam kontrol pengeluaran feses), dan ampula (bagian akhir yang terhubung dengan anus).
Fungsi Rektum
Berbeda dengan anus yang berfungsi mengeluarkan feses, rektum berfungsi sebagai tempat penampungan feses sementara sebelum dikeluarkan melalui anus. Rektum juga berperan dalam memberikan sinyal kepada otak tentang adanya feses yang perlu dikeluarkan atau ditahan. Sensor di dinding rektum mendeteksi keberadaan feses atau gas, lalu mengirimkan sinyal ke otak.
Otak kemudian memutuskan apakah feses atau gas perlu dikeluarkan atau ditahan. Jika perlu dikeluarkan, sfingter mengendur dan rektum berkontraksi untuk mendorong feses keluar. Sebaliknya, jika tidak perlu dikeluarkan, sfingter mengencang dan rektum menyesuaikan diri untuk menghilangkan keinginan buang air besar.
Penyakit yang Menyerang Anus dan Rektum
Gangguan pada anus dan rektum dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, bahkan yang serius seperti kanker anus dan kanker kolorektal. Beberapa penyakit yang umum terjadi adalah:
Ambeien (Wasir)
Ambeien adalah pembengkakan dan peradangan pembuluh darah di anus dan rektum bagian bawah. Ambeien dapat muncul di dalam rektum atau di bawah kulit luar anus, menyebabkan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan gatal.
Prolaps Rektum
Prolaps rektum adalah kondisi di mana dinding rektum menonjol keluar dari anus. Kondisi ini bisa disebabkan oleh peningkatan tekanan intra-abdominal, peningkatan gerakan usus, atau faktor bawaan. Pada kasus yang parah, rektum dapat sepenuhnya keluar dari anus.
Fisura Ani
Fisura ani adalah robekan pada lapisan mukosa anus, seringkali terjadi akibat buang air besar yang keras atau diare kronis. Gejalanya meliputi nyeri saat buang air besar dan perdarahan.
Abses Perirektal dan Perianal
Abses perirektal dan perianal adalah kumpulan nanah di sekitar rektum dan anus, disebabkan oleh infeksi bakteri pada kelenjar di daerah tersebut. Kondisi ini menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan demam.
Fistula Ani
Fistula ani adalah saluran abnormal yang menghubungkan rektum atau anus dengan kulit di sekitarnya. Biasanya merupakan komplikasi dari abses anorektal yang tidak tertangani.
Inkontinensia Alvi
Inkontinensia alvi adalah ketidakmampuan untuk mengontrol pengeluaran feses. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk trauma saraf, kerusakan sfingter, operasi, atau penyakit neurologis seperti multiple sclerosis dan diabetes.
Penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala-gejala yang mengkhawatirkan terkait dengan anus dan rektum.
Cara Menjaga Kesehatan Anus dan Rektum
Menjaga kesehatan anus dan rektum sangat penting untuk memastikan fungsi pencernaan yang optimal dan mencegah berbagai masalah kesehatan. Beberapa tips yang dapat diikuti adalah:
Dengan menerapkan kebiasaan hidup sehat dan menjaga kebersihan, Anda dapat membantu mencegah gangguan pada anus dan rektum, serta menjaga kesehatan pencernaan secara keseluruhan.
Kesimpulan
Anus dan rektum, meskipun letaknya berdekatan, memiliki anatomi dan fungsi yang berbeda. Anus bertanggung jawab atas pengeluaran feses, sementara rektum menampung feses sementara dan mengirimkan sinyal ke otak untuk memulai proses defekasi. Menjaga kebersihan, pola makan sehat, dan gaya hidup yang baik sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit yang dapat menyerang kedua organ vital ini. Konsultasikan dengan tenaga medis jika Anda mengalami gejala yang mengkhawatirkan.





