PT Utama Radar Cahaya Tbk (RCCC) mengumumkan bahwa pengurangan anggaran infrastruktur pemerintah tidak akan secara signifikan mempengaruhi kinerja bisnis mereka. Hal ini dikarenakan mayoritas pelanggan dan pengguna jasa perusahaan berasal dari sektor swasta.
Pernyataan ini disampaikan RCCC melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Minggu, 8 Juni 2025. Mereka menegaskan kemandirian operasional perusahaan dari proyek-proyek pemerintah.
Dampak Pemangkasan Anggaran Infrastruktur terhadap RCCC
Manajemen RCCC menjelaskan bahwa fokus mereka pada sektor swasta dan pelanggan ritel membuat mereka relatif kebal terhadap kebijakan pemerintah tersebut.
Rencana penambahan pelanggan dari sektor swasta dan ritel juga menjadi strategi untuk memperkuat posisi perusahaan di tengah perubahan iklim ekonomi.
Strategi Pertumbuhan RCCC di Tengah Pemotongan Anggaran
Meskipun terjadi pengurangan anggaran infrastruktur negara, RCCC tetap optimis dan agresif dalam menyusun strategi pertumbuhan.
Salah satu langkah konkrit yang diambil adalah alokasi dana Rp11 miliar untuk belanja modal tahun ini. Dana tersebut dialokasikan untuk pembelian 10 unit dump truk baru.
Pembelian dump truk baru ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan utilisasi armada perusahaan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing RCCC.
Selain itu, manajemen RCCC menyatakan fokus pada memaksimalkan potensi bisnis yang ada. Prioritas utama saat ini adalah pelunasan utang perusahaan.
Kondisi Pasar Global dan Implikasinya terhadap RCCC
Ketegangan geopolitik global, khususnya antara Amerika Serikat dan Uni Eropa, turut mewarnai kondisi ekonomi.
Rencana kenaikan tarif impor oleh AS, meskipun ditunda, tetap menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global. Hal ini berdampak pada sektor manufaktur dan ekspor-impor.
Kenaikan tarif baja dan aluminium juga menekan indeks saham global. Investor cenderung melakukan aksi jual besar-besaran di tengah meningkatnya volatilitas pasar.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia menganalisis bahwa dalam kondisi ini, investor global cenderung mencari instrumen investasi yang lebih aman dan stabil.
Krisis fiskal AS juga menambah beban global. Proyeksi defisit anggaran yang besar memicu ketidakpercayaan terhadap manajemen fiskal AS.
Akibatnya, yield obligasi pemerintah AS meningkat, mencerminkan peningkatan risiko.
Lonjakan yield obligasi AS juga menyebabkan investor global melepas aset berisiko dan beralih ke aset aman seperti obligasi dan emas.
Harga emas internasional pun melonjak signifikan, mencapai USD 3.350 per ons. Hal ini menunjukkan peralihan besar-besaran dana ke aset safe haven.
Di pasar domestik, harga emas juga meningkat tajam. Meningkatnya permintaan emas berasal dari berbagai pihak, termasuk individu dan bank sentral.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia melihat emas sebagai simbol stabilitas di tengah gejolak pasar global.
Pergerakan harga emas menjadi indikator penting sentimen global terhadap risiko.
Secara keseluruhan, meskipun pemerintah memangkas anggaran infrastruktur, RCCC menunjukkan ketahanan yang cukup baik berkat strategi bisnis yang fokus pada sektor swasta. Keberhasilan mereka tetap bergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap dinamika pasar global dan efisiensi operasional internal.