Bangkai Titanic, kapal legendaris yang tenggelam pada 1912, ditemukan pada 1985. Namun, hingga kini bangkai kapal tersebut tetap berada di dasar laut. Mengapa?
Titanic: Situs Memorial di Dasar Laut
Tenggelamnya Titanic mengakibatkan hilangnya sekitar 1.500 nyawa. Lebih dari 300 jenazah ditemukan, sementara sisanya diperkirakan tersapu arus atau terkubur bersama kapal.
Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris mendeklarasikan bangkai Titanic sebagai situs memorial maritim. Hal ini menegaskan pentingnya menghormati para korban dan menjaga lokasi tersebut.
Perdebatan Pengambilan Artefak
Pada 2020, RMS Titanic Inc., pemegang hak penyelamatan kapal, berencana mengambil kembali radio yang digunakan untuk panggilan darurat. Rencana ini memicu kontroversi karena berpotensi mengganggu sisa-sisa jasad manusia.
Banyak keturunan korban menganggap bangkai Titanic sebagai kuburan. Mereka menentang upaya pengangkatan atau pengambilan artefak yang dapat mengganggu situs pemakaman tersebut.
Kondisi Bangkai yang Semakin Memburuk
Terbuat dari ribuan pelat baja setebal 1 inci, Titanic tetap mengalami degradasi signifikan. Bakteri *Halomonas titanicae*, salah satunya, memakan besi dan sulfur pada lambung kapal.
Aktivitas bakteri ini membentuk *rusticles*, struktur mirip stalaktit yang rapuh dan mudah hancur. Korosi garam dan arus laut semakin memperparah kerusakan bangkai Titanic.
Kerusakan yang Tak Terhindarkan
Proses alami di laut dalam menyebabkan bangkai Titanic terus memburuk. Upaya pengangkatan berisiko mempercepat kerusakan dan bahkan menghancurkan sisa-sisa kapal sepenuhnya.
Biaya Pengangkatan yang Fantastis
Ide untuk mengangkat Titanic telah ada sejak 1914. Namun, biaya yang diperlukan sangat tinggi, bahkan pada masa itu.
Insinyur Charles Smith memperkirakan biaya USD 1,5 juta pada 1914 (setara dengan sekitar USD 45 juta atau Rp 676 miliar saat ini). Pengangkatan kapal pesiar Costa Concordia saja membutuhkan biaya USD 800 juta.
Kedalaman bangkai Titanic di Samudera Atlantik (3.800 meter) membuat proses pengangkatan jauh lebih rumit dan mahal daripada yang dibayangkan. Teknologi saat ini pun belum tentu mampu menanganinya.
Kesimpulannya, meskipun ada keinginan untuk mengangkat bangkai Titanic, berbagai faktor—dari penghormatan terhadap korban hingga kendala teknis dan biaya yang luar biasa—membuat hal itu tidak memungkinkan. Bangkai Titanic, dengan segala kerusakan dan misterinya, lebih baik dibiarkan sebagai monumen bawah laut yang memperingati tragedi dahsyat di masa lalu.





