Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan kecurigaannya terhadap praktik manipulasi data pasokan beras oleh oknum mafia pangan. Ia menduga adanya upaya untuk mempermainkan situasi, di tengah upaya pemerintah mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan Mentan saat menyaksikan pemotongan hewan kurban Idul Adha di Makassar, Sulawesi Selatan. Pihaknya telah menyerahkan kasus ini kepada Satgas Pangan untuk ditindaklanjuti.
Dugaan Manipulasi Data Pasokan Beras
Mentan Amran menjelaskan adanya indikasi upaya mempengaruhi opini publik dengan menyebarkan informasi tentang minimnya pasokan beras. Padahal, kenyataannya stok beras justru melimpah.
Ia menegaskan bahwa stok beras pemerintah yang dikelola Perum Bulog mencapai lebih dari 4 juta ton. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam 57 tahun terakhir.
Target Swasembada Beras Tercapai Lebih Cepat
Dengan stok beras yang melimpah, Mentan Amran optimis target swasembada beras dapat tercapai lebih cepat dari yang diperkirakan. Awalnya, target tersebut diproyeksikan pada tahun ke-4 pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, namun kini diprediksi dapat dicapai pada tahun ke-3.
Isu anomali cuaca yang dikaitkan dengan berkurangnya pasokan beras juga telah diteliti Satgas Pangan. Hasil investigasi menunjukkan bahwa informasi tersebut tidak akurat.
Oknum Mafia Pangan dan Dampaknya terhadap Petani
Meskipun mencurigai adanya keterlibatan oknum mafia pangan, Mentan Amran belum mau menyebutkan identitasnya. Ia fokus pada dampak negatif praktik tersebut terhadap petani dan perekonomian nasional.
Praktik manipulasi data ini berpotensi menyebabkan impor beras meskipun stok dalam negeri melimpah. Hal ini akan merugikan petani lokal karena mengurangi permintaan beras hasil produksi dalam negeri.
Pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto telah memberikan berbagai dukungan kepada petani, termasuk bantuan pupuk dan pembelian langsung gabah dan beras. Oleh karena itu, Mentan Amran menekankan pentingnya melindungi kesejahteraan petani.
Ia mengingatkan bahwa kekuatan negara bergantung pada kesejahteraan petani, yang jumlahnya mencapai sekitar 150 juta orang. Dengan memperkuat sektor pertanian, Indonesia akan menjadi negara yang lebih kuat.
Kejanggalan Data Stok Beras di Cipinang
Mentan Amran juga menyinggung kejanggalan data stok beras di gudang beras Cipinang pada Mei 2025. Terdapat lonjakan signifikan pengeluaran beras hingga mencapai 11.000 ton dalam sehari.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata pengeluaran beras harian tahun-tahun sebelumnya, yang berkisar antara 1.000 hingga 3.500 ton. Hal ini menimbulkan kecurigaan adanya penyimpangan dalam pengelolaan stok beras.
Kasus ini semakin memperkuat dugaan adanya upaya manipulasi data dan praktik mafia pangan yang perlu ditindak tegas. Pemerintah berkomitmen untuk menjaga stabilitas harga beras dan melindungi kepentingan petani.
Dengan memperkuat pengawasan dan penegakan hukum, diharapkan praktik manipulasi data dan aktivitas mafia pangan dapat ditekan. Hal ini penting untuk menjamin keadilan dan keberlanjutan sektor pertanian di Indonesia.
Ke depan, transparansi data dan kerjasama antar lembaga terkait sangat krusial untuk mencegah terulangnya praktik serupa. Pemantauan ketat terhadap stok dan distribusi beras juga perlu ditingkatkan untuk memastikan ketersediaan beras bagi masyarakat.