Larangan Chip Nvidia ke China: Rugi Fantastis Rp92 Triliun!

Amerika Serikat kembali memperketat aturan ekspor chip ke China. Kali ini, targetnya adalah chip AI H20 milik Nvidia, yang sangat diminati di pasar China.

Larangan Ekspor Chip AI Nvidia H20 ke China

Nvidia diwajibkan mengajukan lisensi khusus untuk setiap penjualan chip H20 ke China. Keputusan ini berpotensi merugikan Nvidia hingga USD 5,5 miliar (sekitar Rp 92 triliun).

Bacaan Lainnya

Departemen Perdagangan AS menyatakan langkah ini diambil untuk menjaga keamanan ekonomi dan nasional. Pembatasan ini diperkirakan akan secara signifikan mengurangi permintaan chip H20 dari China.

Dampak Pembatasan terhadap Nvidia

Nvidia mengakui pembatasan ini akan berdampak besar pada pendapatannya. China merupakan pasar utama chip H20, meskipun bukan yang terbesar.

Meskipun bukan chip AI tercanggih Nvidia, H20 tetap populer di China karena booming industri AI. Penjualan chip ini diperkirakan mencapai USD 12-15 miliar pada 2024.

Alasan di Balik Pembatasan Ekspor

Pemerintah AS khawatir chip H20 berpotensi digunakan untuk pengembangan komputer super di China. Kemampuan komputasi tinggi chip ini menjadi perhatian utama.

Nvidia sendiri menyatakan bahwa H20 dirancang untuk memenuhi regulasi ekspor AS. Namun, kekhawatiran akan potensi penyalahgunaan tetap menjadi alasan utama pembatasan.

Reaksi Pasar dan Perusahaan China

Beberapa perusahaan teknologi besar China, seperti DeepSeek, Tencent, Alibaba, dan ByteDance, telah memesan chip H20 dalam jumlah besar untuk pengembangan AI.

DeepSeek, yang baru-baru ini meluncurkan model AI kompetitif R1, bahkan menggunakan H20 dalam risetnya. Ini menunjukkan betapa pentingnya chip tersebut bagi pengembangan AI di China.

Meskipun H20 memiliki spesifikasi lebih rendah dibanding H100 dan H200 yang digunakan di AS, permintaan tinggi di China menunjukkan potensi ancaman yang dilihat pemerintah AS. Pembatasan ini jelas akan berdampak besar pada lanskap pengembangan AI di China dan secara global, memaksa perusahaan untuk beradaptasi dan mencari alternatif solusi.

Langkah AS ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan kerjasama teknologi antara kedua negara. Ketegangan geopolitik kemungkinan akan semakin memengaruhi perkembangan industri semikonduktor secara keseluruhan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *