Pernyataan Presiden Prabowo Subianto terkait pasar modal Indonesia menuai kritik dari berbagai pihak. Ekonom dan analis menilai pernyataan-pernyataan tersebut dapat mengganggu stabilitas pasar.
Salah satu pernyataan yang disoroti adalah candaan Presiden Prabowo tentang penurunan IHSG hingga 6% di Sidang Kabinet Paripurna. Beliau menganggap fluktuasi pasar saham tidak terlalu penting selama harga pangan aman.
Pernyataan lain yang kontroversial adalah pernyataan Presiden Prabowo yang menyebut perdagangan saham sebagai judi. Beliau juga menekankan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia tidak memiliki saham.
Pernyataan Presiden Prabowo Dinilai Merugikan Pasar Modal
Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, menilai pernyataan-pernyataan Presiden Prabowo sebagai blunder besar. Pemerintah dinilai tidak memahami bahwa pasar modal merefleksikan kondisi ekonomi riil masyarakat.
Bhima menambahkan bahwa sikap terlalu percaya diri Presiden Prabowo, seolah pasar modal tidak berpengaruh pada kehidupan masyarakat, sangatlah kontradiktif. Pasar modal merupakan cerminan kondisi ekonomi riil.
Contohnya, penurunan saham perusahaan ritel atau otomotif menunjukkan penurunan daya beli masyarakat. Hal ini menunjukkan hubungan erat pasar modal dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Lebih lanjut, Bhima mengingatkan bahwa meremehkan pasar modal dapat mengurangi investasi langsung dan FDI (Foreign Direct Investment). Investor asing akan ragu berinvestasi jika pasar modal terlihat tidak stabil.
Potensi Ketidakpercayaan Investor dan Ancaman Investasi Asing
Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, sepakat bahwa pernyataan Presiden Prabowo mengindikasikan pemerintah meremehkan pasar modal. Hal ini berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan di kalangan investor.
Rendy menyorot candaan Presiden Prabowo terkait trading halt dan penurunan IHSG. Sikap yang terkesan meremehkan ini dapat memperburuk sentimen pasar.
Meskipun penurunan IHSG sebesar 6% dan trading halt tidak hanya disebabkan satu faktor, pernyataan Presiden tetap berpengaruh negatif. Faktor lain seperti defisit APBN dan indikasi pelemahan daya beli turut mempengaruhi pasar.
Pengamat Pasar Modal, Ibrahim Assuaibi, menekankan pentingnya kehati-hatian pemerintah dalam mengeluarkan pernyataan terkait pasar modal. Pasar modal adalah barometer perekonomian, dan pernyataan negatif dapat menakut-nakuti investor.
Pemerintah seharusnya menjaga kesehatan pasar modal. Pernyataan-pernyataan yang tidak tepat dapat membuat investor enggan berinvestasi dan menarik dana mereka.
Secara keseluruhan, berbagai pihak menyoroti pentingnya komunikasi yang bijak dari pemerintah terkait pasar modal. Pernyataan-pernyataan yang cermat dan bertanggung jawab sangat diperlukan untuk menjaga kepercayaan investor dan stabilitas pasar modal Indonesia.


