THR Ojol Hanya Rp 50 Ribu? Wamenaker Beberkan Alasan Mengejutkan!

Polemik bonus Hari Raya (BHR) untuk pengemudi ojek online (ojol) yang nilainya hanya Rp 50.000 kembali mencuat. Besaran tersebut dinilai terlalu kecil dan memicu protes dari para pengemudi.

Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer atau Noel, memberikan klarifikasi terkait hal ini. Ia menjelaskan perbedaan besaran BHR didasarkan pada kategorisasi yang diterapkan oleh pihak aplikator.

Bacaan Lainnya

Sistem Kategorisasi Aplikator Ojol dan Besaran BHR

Menurut Wamenaker Noel, pengemudi yang menerima BHR Rp 50.000 dikategorikan sebagai pekerja paruh waktu atau sambilan. Mereka tidak aktif secara penuh dan hanya menjadikan ojol sebagai pekerjaan sampingan.

Pihak aplikator, lanjut Noel, sebelumnya tidak memberikan BHR kepada kelompok ini. Pemberian BHR Rp 50.000 merupakan bentuk apresiasi moral dari pemerintah dan pihak aplikator.

Wamenaker telah meminta keterangan langsung dari aplikator seperti Gojek, Grab, dan Maxim. Penjelasan yang diterima adalah adanya sistem kategorisasi dari 1 hingga 5, dengan kategori 4 dan 5 mendapatkan BHR terendah.

Selain itu, banyak pengemudi yang tergolong kategori rendah karena kurang aktif mencari penumpang atau baru beberapa bulan bergabung. Kemnaker akan berdiskusi dengan pihak aplikator untuk mencari solusi atas permasalahan ini.

Ketidakmerataan BHR dan Tindak Lanjut Pemerintah

Meskipun ada yang menerima BHR hanya Rp 50.000, banyak juga pengemudi yang menerima BHR jauh lebih besar, bahkan hingga lebih dari Rp 1 juta. Maxim misalnya, memberikan minimal Rp 500.000.

Penting diingat bahwa BHR untuk ojol sifatnya imbauan, bukan kewajiban. Pemerintah berupaya mendorong agar perusahaan memberikan bonus yang lebih layak bagi para pekerjanya.

Laporan adanya pengemudi yang menerima BHR Rp 50.000 meski pendapatan tahunannya puluhan juta rupiah akan segera diperiksa. Wamenaker menegaskan hal tersebut tidak manusiawi jika terbukti benar.

Pemerintah akan terus berupaya mendorong terciptanya kesejahteraan bagi para pengemudi ojol. Sistem kategorisasi dan besaran BHR yang lebih adil dan transparan perlu terus dikaji dan ditingkatkan.

Ke depan, diperlukan regulasi yang lebih jelas dan komprehensif untuk melindungi kesejahteraan para pekerja platform digital, termasuk pengemudi ojol. Transparansi dan keadilan dalam sistem pemberian bonus menjadi kunci penting dalam menciptakan ekosistem yang berkelanjutan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *